Sahadat Cerbon - Sahadat Jeneng

Sahadat Cerbon - Sahadat Jeneng
Ashadu sahadat jeneng, kang jumeneng kelawan isun, jisim kang solat, solat sajeroning jisim, madep ning dzatullah, masup ning sifatullah, ya hu iman, hu suci , badan sampurna.

Selasa, 25 Mei 2010

muhamad mukhtar zaedin

Fungsi Sahadat Cerbon
Dalam kesimpulan yang telah diberikan oleh para sesepuh Cirebon, bahwa banyak orang Cirebon yang menggunakan Sahadat Cerbon sebagai;
a. Do’a-do’a khusus (mungkinkah itu terapi kejiwaan?) untuk masalah-masalah pengobatan dan bidang-bidang pekerjaan. Misalnya Sahadat Muntahar untuk pengobatan melalui tenaga dalam dan dapat menguatkan keyakinan orang. Sahadat Jepura untuk pekerjaan yang berkaitan dengan keahlian, misalnya perbengkelan. Sahadat Fatimah untuk problem rumah tangga. Hanya saja, kesimpulan yang telah diberikan oleh orang tua kita ini perlu kita kaji ulang, sejauh mana pengaruh nyata yang diakibatkan dari reaksi masing-masing Sahadat Cerbon terhadap kasusu tertentu .
b. Sahadat Cerbon menjadi salah satu alat dan cara (tarek ) bagi orang tua zaman dahulu (Para Wali) untuk mencapai dan mensuasanakan ma’rifatullah . Jadi dalam konteks ini, Sahadat Cerbon tidak diposisikan sebagai do’a-do’a ampuh, tapi hanya sebagai media perenungan. Hanya saja, tidak ditemukan penjelasan yang rinci mengenai tahapan yang harus dilakukan, juga belum ada pejelasan yang pasti mengenai Sahadat Cerbon yang digunakan untuk perenungan tersebut.

Pemilihan Tema
Adapun tema Sahadat Cerbon ini dipilih dalam, diskusi dan seminar yang kami lakukan, karena beberapa sebab awal yang mendorongnya; 1) di sebagian wilayah Cirebon, ada beberapa orang yang melalukan ‘pengingkaran’ terhadap Dua Kalimah Syahadat (Syahadatain/Syahadat Syar’i/Syahadat Tauhid & Syahadat Rosul ). Mereka mengatakan: jika arti asyhadu itu “saya bersaksi”, “maka kapan anda menyaksikan Allah swt?”, 2) secara pribadi dan kelembagaan naskah, kami ingin menyusun suatu rumusan dan pemahaman yang dapat di gunakan untuk bahan penelitian dan kajian bagi generasi mendatang, 3) demi kelestarian Sahadat Cerbon itu sendiri sebagai warisan kebajikan, kebijakan, dan nilai-nilai yang bermakna dari para pendahulu Cirebon, 4) bertukar informasi tentang Sahadat Cerbon yang ada di tangan para peserta diskusi, karena sudah bukan waktunya lagi kita menembunyikan ilmu dan pengetahuan, dan 5) kegiatan ini dilakukan agar pemahaman kami terhadap Sahadat Cerbon semakin lengkap, luas, dan benar.
Khusus bagai para peserta diskusi yang kurang mengenal atau belum mendengar tentang Sahadat Cerbon akan kami beri gambaran singkat dan beberapa contoh Sahadat Cerbon dalam bab Jenis Sahadat Cerbon.
Sebelum kita memasuki tema Sahadat Cerbon ini lebih jauh, sebagai perbandingan dalam penggunaan, pengertian, dan pemahaman kata “syahadah” yang kemudian di Cirebon menjadi sahadat dalam lingkup bahasa Arab, kami sampaikan secara ringkas disini.

Arti Syahadat dalam Kamus Bahasa Arab
Dalam Kamus al Munawwir halaman 799, yang ditulis oleh Ahmad Warson Munawaar, terbitan Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiyah Keagamaan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, menuliskan sebagai berikut:
1. al Syahadah, al Bayyinah : bukti
2. al Syahadah, al Yamin : sumpah
3. al Syahadah, al Istisyhad : hal gugur dijalan Allah sebagai syahid
4. al Syahadah, alamul akwan al dzohiroh : alam lahir, alam nyata
5. al Syahadah, al Iqror : kesaksian, pengakuan
6. al Syahadah, al Maktubah : surat keterangan
7. al Syahadah, al Ijazah : diploma, ijasah
8. al Syahadah, al Risalah : surat

Penggunaan Kata Syahadat dalam al Qur’an
Dalam al Qur’an banyak sekali kita jumpai kata syahadah, apalagi kata yang musytaq atau majid dari kata syahadah, seperti kata syaahada (kategori fi’il madli majid dengan tanbahan alif), syahidiin (kategori isim fa’il yang dijamakan dengan jama’ mudzakar salim ), al Isyhaad (kategori mashdar majid) dan seterusnya. Hanya saja kita akan fokus pada kata Syahadah dan al Syahadah (tambahan al sebagai tanda kalimah isim, kata benda ). Dibawah ini kami sampaikan beberapa penggunaan kata Syahadah dalam al Qur’an:
1. al Maaidah 107
.....“sesungguhnya persaksian kami lebih layak diterima daripada persaksian kedua saksi itu...”
2. al Maaidah 108
......“Itu lebih dekat untuk (menjadikan para saksi) mengemukakan persaksiannya menurut apa yang sebenarnya...”....
3. al Baqoroh 140
.....“Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah”...
-Syahadah dalam ayat ini berarti persaksian Allah swt yang tersebut dalam Taurat dan Injil bahwa Ibrahim as dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani dan bahwa Allah swt akan mengutus Muhammad saw.
4. al Baqoroh 282
...“Yang demikian itu, lebih nadil disisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu...”.....
5. al An’am 19
Katakanlah: “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?”. Katakanlah: Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu......
Selanjutnya penggunaan kata syahadah, kata yang ada hubungan dengan kata syahada, dan kata berasal dari kata syahadah dalam al Qur’an ini, kami sarankan pembaca untuk meneliti dalam ayat di bawah ini. Untuk mempermudah pencarian ayat, kami kelompokan nama surat sesuai abjad latin. Misalnya al-Maidah, maka kami masukkan dalam huruf M.
Huruf A: A’raf, al:ayat 36,171, 19. Adiyat, al : ayat 7. Ahqof, al : ayat 10, 8. Ahzab, al: ayat 45, 55. An’am, al: ayat 19, 130, 150, 44, 73. Anbiya, al : ayat 61, 78. Ankabut, al : ayat 52. Huruf B: Baqoroh, al : ayat 185, 84, 204, 282, 143, 140, 95, 106, 283. Buruj, al : ayat 3. Huruf F: Fath, al : ayat 8, 28. Furqon, al : ayat 72. Huruf H: Hadid, al : ayat 19. Hajj, al : ayat 28, 78, 8. Hasyr, al : ayat 11,22. Hud : ayat 54, 18, 104. Huruf I: Imron, Ali : ayat 86, 18, 80, 52, 53, 64, 81, 99, 140. Isra, al : ayat 96, 78. Huruf K: Kahfi, al : ayat 52. Huruf N: Nahl, al : ayat 84, 89. Naml,al : ayat 49, 32. Nisa, al: ayat 14,165, 5, 40, 71, 78, 165, 157, 134, 68. Nur, al : ayat 2, 8, 24, 6, 4, 13. Huruf M: Maidah, al : ayat 114, 116, 120, 9, 47, 111, 110. Maryam : ayat 37. Mu’minun, al : ayat 93. Muthoffifin, al : ayat 21. Munafiqun, al : ayat 1. Muzammil, al: ayat 15. Ma’arij, al : ayat 33. Huruf R: Ra’d, al: ayat 45, 10. Huruf S: Sajadah, as Hamim : ayat 20,21, 22, 47. Sajadah, alif lam mim: ayat 6. Shofat, al: ayat 150. Huruf T: Taubah, al : ayat 108, 18. Taghobun, al : ayat 18. Thalaq, al : ayat 2. Huruf Q: Qaaf : ayat 21, 37, 133, 143. Qoshosh, al : ayat 44, 75. Huruf Y: Yasin : ayat 65. Yusuf : ayat 26,81. Yunus : ayat 29. Huruf Z: Zukhruf, al : ayat 86, 19. Zumar, al : ayat 46.
Demikian penggunaan beberapa kata yang bersal dari kata Syahadah. Hanya saja kesimpulan makna dan arti dari penggunaan kata syahadat dalam al Qur’an ini kami serahkan sepenuhnya pada pendapat Anda masing-masing. Kami akan melakukan pencatatan dan dokumentasi dari kesimpulan yang diberikan.

Senin, 15 Maret 2010

muhamad mukhtar zaedin

Sahadat Cerbon

Sebuah Catatan
tentang musyahadah dan makrifat dalam konteks Cirebon

Oleh
Muhamad Mukhtar Zaedin
Ketua Bidang Koordinator Pemanfaatan
Pusat Konservasi dan Pemanfaatan Naskah Klasik Cirebon
Dan Ketua Litbang dan Kajian Naskah dan Sastra Cirebon
Komunitas Kendi Pertula

Sabtu, 27 Maret 2010
Pengertian Sahadat Cerbon
Dalam banyak hal, Cirebon sebagai kota pusat penyebaran Islam di Jawa Barat memiliki kekhususan yang sangat menarik dan menjadi pusat perhatian para budayawan dan ilmuan. Kekhususan yang dimiliki oleh Cirebon sangat beragam di berbagai bidang seni dan budaya. Hanya saja, masing-masing orang berbeda dalam pilihan yang diambil untuk menjadi objek pembahasan dan kajiannya, dan sahadat cerbon merupakan salah satu tema yang patut mendapat perhatian dari kita untuk membahas dan mengkajinya. Walaupun kami menyadari bahwa, dari penelusuran kami, ternyata sahadat cerbon bukan satu-satunya produk yang dimiliki oleh para wali (generasi wali). Masih banyak lagi sahadat-sahadat lain yang bertebaran di wilayah Jawa Barat dan Banten, atau mungkin juga tanah Jawa.
Tentang sahadat cirebon, tentu mempunyai batasan dalam ruang lingkup arti dan definisinya. Secra sederhana kita dapat menyimpulkannya demikian; setiap nama pasti mempunyai arti dan pengertian. Arti dan pengertian ini tidak boleh sembarang orang menafikannya tanpa tahu maksud dan tujuan dari penciptaan nama dari sesuatu itu. Kita harus bisa melihat bahwa tidak ada sesuatu yang sembrono dan serampangan yang terjadi di dunia ini berkaitan dengan penyebaran agama dan timbulnya peradaban. Agama Islam di peluk oleh penduduk Nusantara, khususnya Cirebon, bukan dengan kerja serampangan dan wawasan yang dangkal. Tetapi dengan wawasan yang luar biasa dan melalui perjuangan (jihad) yang sangat berat. Dari sinilah kita memandang dan memposisikan sahadat cerbon. Jika tidak, maka kita akan ketakutan melihat prilaku para wali dan penerusnya dalam memahami Islam. Bahkan sebagian orang menganggap apa yang telah dilakukan oleh para pendahulunya itu suatu kebodohan dan kesyirikan semata.
Pengertian Sahadat Cerbon, secara bahasa adalah menyaksikan Cirebon. Adapun secara istilah adalah doa-doa, amalan, atau bacaan yang diawali atau memuat kalimat asyhadu, allahumma, kalimah toyyibah, hauqolah, atau syahadat syari’at yang memadukan antara bahasa Cirebon dan Arab.
Jika kita mengamati dan meneliti Sahadat Cerbon, sangat menarik, unik, dan menantang. Hal ini disebabkan karena keunikan-keunikan dan alur pemikiran yang melingkupinya. Sahadat Cerbon tampil sebagai kerangka renungan yang mendalam dalam memahami Sang Pencipta, Allah swt., Yang Maha Syahadah.
Keunikan yang ada dalam Sahadat Cerbon dapat ditemukan melalui perenungan secara terus-menerus. Spontanitas awal yang dirasakan oleh hampir setiap orang dalam usaha memahami Sahadat Cerbon adalah rasa ingkar terhadap Sahadat Cerbon itu sendiri, kerena tidak tercerna dengan logika awal yang bersifat spontanitas. Jika usaha untuk memahami itu terus dilakukan dengan sabar dan percaya pada kebenarannya, maka serentak Sahadat Cerbon memberikan rasa terkejut yang sangat.
Rasa terkejut ini sebenarnya adalah reaksi awal dari suasana hati dalam memperoleh pemahaman darinya. Puncak kejadian dari kesemuannya adalah mengarahkan pembacanya agar lebih memahami Sang Pencipta, Allah swt., yang mashur disebut ma’rifatullah.