Sahadat Cerbon - Sahadat Jeneng

Sahadat Cerbon - Sahadat Jeneng
Ashadu sahadat jeneng, kang jumeneng kelawan isun, jisim kang solat, solat sajeroning jisim, madep ning dzatullah, masup ning sifatullah, ya hu iman, hu suci , badan sampurna.

Senin, 15 Maret 2010

muhamad mukhtar zaedin

Sahadat Cerbon

Sebuah Catatan
tentang musyahadah dan makrifat dalam konteks Cirebon

Oleh
Muhamad Mukhtar Zaedin
Ketua Bidang Koordinator Pemanfaatan
Pusat Konservasi dan Pemanfaatan Naskah Klasik Cirebon
Dan Ketua Litbang dan Kajian Naskah dan Sastra Cirebon
Komunitas Kendi Pertula

Sabtu, 27 Maret 2010
Pengertian Sahadat Cerbon
Dalam banyak hal, Cirebon sebagai kota pusat penyebaran Islam di Jawa Barat memiliki kekhususan yang sangat menarik dan menjadi pusat perhatian para budayawan dan ilmuan. Kekhususan yang dimiliki oleh Cirebon sangat beragam di berbagai bidang seni dan budaya. Hanya saja, masing-masing orang berbeda dalam pilihan yang diambil untuk menjadi objek pembahasan dan kajiannya, dan sahadat cerbon merupakan salah satu tema yang patut mendapat perhatian dari kita untuk membahas dan mengkajinya. Walaupun kami menyadari bahwa, dari penelusuran kami, ternyata sahadat cerbon bukan satu-satunya produk yang dimiliki oleh para wali (generasi wali). Masih banyak lagi sahadat-sahadat lain yang bertebaran di wilayah Jawa Barat dan Banten, atau mungkin juga tanah Jawa.
Tentang sahadat cirebon, tentu mempunyai batasan dalam ruang lingkup arti dan definisinya. Secra sederhana kita dapat menyimpulkannya demikian; setiap nama pasti mempunyai arti dan pengertian. Arti dan pengertian ini tidak boleh sembarang orang menafikannya tanpa tahu maksud dan tujuan dari penciptaan nama dari sesuatu itu. Kita harus bisa melihat bahwa tidak ada sesuatu yang sembrono dan serampangan yang terjadi di dunia ini berkaitan dengan penyebaran agama dan timbulnya peradaban. Agama Islam di peluk oleh penduduk Nusantara, khususnya Cirebon, bukan dengan kerja serampangan dan wawasan yang dangkal. Tetapi dengan wawasan yang luar biasa dan melalui perjuangan (jihad) yang sangat berat. Dari sinilah kita memandang dan memposisikan sahadat cerbon. Jika tidak, maka kita akan ketakutan melihat prilaku para wali dan penerusnya dalam memahami Islam. Bahkan sebagian orang menganggap apa yang telah dilakukan oleh para pendahulunya itu suatu kebodohan dan kesyirikan semata.
Pengertian Sahadat Cerbon, secara bahasa adalah menyaksikan Cirebon. Adapun secara istilah adalah doa-doa, amalan, atau bacaan yang diawali atau memuat kalimat asyhadu, allahumma, kalimah toyyibah, hauqolah, atau syahadat syari’at yang memadukan antara bahasa Cirebon dan Arab.
Jika kita mengamati dan meneliti Sahadat Cerbon, sangat menarik, unik, dan menantang. Hal ini disebabkan karena keunikan-keunikan dan alur pemikiran yang melingkupinya. Sahadat Cerbon tampil sebagai kerangka renungan yang mendalam dalam memahami Sang Pencipta, Allah swt., Yang Maha Syahadah.
Keunikan yang ada dalam Sahadat Cerbon dapat ditemukan melalui perenungan secara terus-menerus. Spontanitas awal yang dirasakan oleh hampir setiap orang dalam usaha memahami Sahadat Cerbon adalah rasa ingkar terhadap Sahadat Cerbon itu sendiri, kerena tidak tercerna dengan logika awal yang bersifat spontanitas. Jika usaha untuk memahami itu terus dilakukan dengan sabar dan percaya pada kebenarannya, maka serentak Sahadat Cerbon memberikan rasa terkejut yang sangat.
Rasa terkejut ini sebenarnya adalah reaksi awal dari suasana hati dalam memperoleh pemahaman darinya. Puncak kejadian dari kesemuannya adalah mengarahkan pembacanya agar lebih memahami Sang Pencipta, Allah swt., yang mashur disebut ma’rifatullah.

Tidak ada komentar: